Ia tertunduk. Berusaha menepis gundah yang semakin teraduk. Selama ini, Ia keliru. Terbuai akan parasan, lupa mencari tahu.
Ia merindu, namun luruh.
Kini segalanya terasa semu.
Seperti peluru yang kerap membuat pilu.
Get link
Facebook
X
Pinterest
Email
Other Apps
Comments
Popular posts from this blog
To the man I know, born on May 19, 1998. I wanna say that I love you just as much as I did 5 years ago. I’m so grateful to know you and love you. Thank you for being who you are. Thank you for loving and accepting me as I am. Thank you for everyyyything. I’m glad to be with you, be your partner, be your love. I love you and always, “The luckiest man”. —D❤️
Hai, semua! Setelah sekian lama gue menghilang dari blog gue sendiri wkwkwk finally, I’m back guys! Udah lama banget ga blogging terakhir update bulan Januari, woy, apa-apaan ini??!?! Bisa-bisanya muncul-muncul di bulan September!!!?! Dea oh Dea ckckckck. SOOOO, belakangan ini fyp tiktok gue dipenuhi oleh orang-orang di luar sana yang tengah membicarakan mengenai love language dirinya dan pasangannya (juga berkaitan dengan PPKM yang sampai detik ini belum kunjung usai). Hal tersebut yang menggerakkan diri gue untuk membahas love language . Nah, apasih love language ? Love language atau bahasa kasih/cinta merupakan tindakan, perlakuan, atau sikap seseorang terhadap pasangannya atau orang terdekatnya untuk menunjukkan kepedulian atau ‘rasa sayang’nya terhadap orang tersebut. Love language setiap orang berbeda-beda, Gary Chapman dalam bukunya yang berjudul “The 5 Love Language: The Secret to Love That Lasts” menyebutkan ada lima jenis bahasa, yaitu, quality time, physical ...
Comments
Post a Comment