Covid-19: Polemik WFH Dikala Pandemi

 

Source: Twitter

Rasanya udah masuk bulan ke-7 Warga Indonesia hidup berdampingan dengan Covid-19. Bahkan saat ini PSBB kembali di perketat di berbagai wilayah karena kasusnya yang semakin hari makin meningkat saat adanya ‘new normal’. Meski masih menimbulkan pro & kontra, tapi menurut gue ini adalah pilihan yang tepat, karena masyarakat Indonesia tuh keras kepala, ampun deh. *geleng2*

Kembalinya Indonesia menerapkan PSBB, berarti “WFH” akan di gadang-gadangkan kembali. Meski, sejauh ini memang beberapa perusahaan masih terus menjalani WFH.

Source: Pinterest

Ngomongin WFH, inget ga sih, sebelum adanya Covid-19 kayaknya kata “WFH” istilah yang asing atau bahkan hal yang mustahil? Yaa, perusahaan yang udah menerapkan paling perusahaan start up atau perusahaan-perusahaan kreatif aja, perusahaan lain belum berani untuk ambil resiko ke arah sana.

Nah, semenjak ada Covid-19, perusahaan yang tidak termasuk ke dalam sector pengecualian mau gamau harus menerapkan sistem WFH demi keamanan diri dan atas anjuran dari Pak Presiden. Setelah di jalani kurang lebih 6 bulan, nyatanya kita bisa lho untuk melakukan WFH alias ga harus working 925 at the office. Ups. Hehe.

Bahkan, di tempat temen gue kerja, perusahaannya berencana untuk memberlakukan WFH secara permanen. Wow! Karena kabarnya meski WFH, karyawannya pun tetap bekerja seperti biasa, deadlinenya pun selalu terpenuhi dan ga lewat batas waktu. Hmm, kalau gitu sebetulnya WFH tuh bisa di berlakukan sejak dulu ya??

Source: Pinterest

Kalo ngomongin efektif/engga nya WFH, sebetulnya balik ke diri masing-masing. Ada yang merasa WFH efektif aja dan ada juga yang kelimpungan, yang jelas WFH lebih efisien dari segi waktu. Kok gitu? Iya, karena tinggal bangun, mandi, lalu  kerja deh, kita gausah spare waktu untuk bermacet-macetan di pagi hari atau sumpel-sumpelan di KRL.

Nah, kenapa beberapa perusahaan masih meragukan WFH? Perusahaan tersebut mungkin berpikir kalau di rumah pekerjaannya ga akan selesai dan justru di manfaatkan untuk “bersantai-santai”. Padahal deadline kan tetap deadline, kalau memang ada yang melewati batas deadline, berlakukan aja seperti biasa, seperti di kasih sanksi atau lainnya. Jadi, para staff nya ga akan merasa kalau WFH itu “liburan” karena tetap ada kewajiban di setiap harinya.

Jujur gue pun udah geram banget dengan mbak Cor ini. Tapi ternyata, dibalik efek negative dari Covid-19, masih ada efek positif lainnya yaitu membuktikan kalau WFH ternyata bisa dilakukan. Walau… memang esensinya berkurang, apalagi dari segi komunikasi. Meskipun sekarang udah ada teknologi Video Call, tetep aja rasanya kurang, karena Video Call pun tergantung dengan stabilitas koneksi, ‘kan? Selain komunikasi yang jadi agak susah, faktor lainnya mungkin harus menyiapkan biaya lebih untuk kuota internet. Semuanya yang jadi serba online, jelas menguras kuota, kalau kerja di kantor ada wifi dan LAN jadi ga mengocek biaya pribadi.

Itu pendapat gue mengenai divisi yang sebetulnya bisa WFH namun “diragukan”. Menurut kalian, gimana?

Comments

Popular posts from this blog

Love Language